Padaumumnya hutan sabana tumbuh di daerah tropis pada letak 8 sampai 20 derajat dari garis khatulistiwa. Sabana berada di antara kawasan tropis dan subtropis. Banyak hewan seperti kuda sumba, kerbau dan sapi ditemukan di hutan sabana. Sabana Carpentaria ini memiliki luas area hingga 365,042 km2 yang terletak di wilayah timur laut dan Penulis VOA Indonesia OTTAWA, - Luas kebakaran hutan Kanada terhitung sudah melampaui satu pertiga dari luas 12,82 juta hektar Pulau Jawa di diketahui, ratusan kebakaran hutan tak terkendali telah berkobar di berbagai wilayah di Kanada. Bencana itu pun mengancam infrastruktur penting dan memaksa evakuasi warga, termasuk di kota-kota Amerika karena kepulan asap. Baca juga Kabut Asap di AS dan Kanada Bisa Bertahan hingga Akhir Pekan Menteri Kesiapsiagaan Darurat Federal Kanada, Bill Blair, mengatakan pada Kamis 8/6/2023, sekitar 3,8 juta hektar lahan telah terbakar, lebih banyak 15 kali lipat dari rata-rata dalam 10 tahun. “Di seluruh negeri, hingga hari ini, ada 414 kebakaran hutan, 239 di antaranya dipastikan tidak terkendali. Selain itu, hingga hari ini, diperkirakan orang masih mengungsi dari rumah dan komunitas mereka,” ucapnya. Asap dari kebakaran hutan Kanada tertiup angin ke arah Pantai Timur dan Barat Tengah Amerika, mendorong pihak berwenang untuk mengeluarkan peringatan dan membatalkan berbagai acara di luar di beberapa Kota New York yang terkenal bahkan telah diselimuti kabut asap tebal, yang menurut pihak berwenang sudah mencapai tingkat berbahaya. SPENCER PLATT/GETTY IMAGES NORTH AMERICA via AFP Manhattan diselimuti kabut tebal yang disebabkan oleh kebakaran hutan Kanada pada 06 Juni 2023 di New York City. Lebih dari 100 kebakaran hutan terjadi di provinsi Nova Scotia dan Quebec di Kanada yang mengakibatkan peringatan kesehatan kualitas udara untuk Adirondacks, Eastern Lake Ontario, New York Tengah, dan New York Barat. Spencer Platt/Getty Images/AFP Foto oleh SPENCER PLATT / GETTY IMAGES AMERIKA UTARA / Getty Images via AFP Di jalan-jalan sibuk di salah satu kota paling aktif di Amerika itu, polusi asap membuat sebagian warga New York memohon bantuan. Robyn Williams, salah seorang warga Kota New York, mengeluh, “Asap ini mengerikan, mengerikan, sangat sulit untuk bernapas. Saya harap asap ini segera pergi”. Baca juga Asap Kebakaran Hutan Kanada Picu Peringatan Kesehatan di New York dan Ottawa Seorang warga lainnya, Sal Tirone, mengatakan, “Mata saya kesakitan, dan saya tersedak selama satu jam terakhir karena saya bolak-balik bekerja di luar sini.” Seorang juru bicara Badan Cuaca Nasional AS mengatakan tidak melihat akan ada peningkatan kualitas udara di Amerika Serikat Bagian Timur, setidaknya sampai akhir minggu ini. Ratusan petugas pemadam kebakaran Amerika sendir telah dikerahkan dan tiba di Kanada untuk memberikan bantuan, dan lebih banyak lagi sedang dalam perjalanan ke berbagai lokasi kebakaran. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Persebaranhutan Savana / sabana d Indonesia banyak ditemukan di wilayah Jawa Timur yang beriklim tropis dan subtropis. Tidak hanya di Luar negeri, di Indonesia banyak terdapat gurun / hutan Sabana yang sering digunakan sebagai obyek wisata. Berikut beberapa Hutan / Gurun sabana / Savana yang terdapat di Indonesia. 1.
Solo - Wanita lansia bernama Asmah 73 ditemukan warga di area hutan Kabupaten Pekalongan. Asmah ditemukan di kubangan air pinggir sungai dalam kondisi Asmah ditemukan di bibir sungai di kawasan hutan wilayah Dusun Sumampir, Desa Kesesi Pekalongan, Minggu 4/6/2023. Lokasi itu berjarak sekitar empat kilometer dari permukiman warga. Tak hanya itu, medan yang harus dilalui pun sulit dijangkau evakuasi Asmah juga tak mudah. Nenek itu sempat takut didatangi warga dan petugas polisi. Setelah dirayu, ahirnya nenek Asmah pun mau dievakuasi dengan tandu sarung yang dipikul secara bergantian. Dia lalu dievakuasi ke RSUD Kesesi untuk menjalani pemeriksaan. Asmah pun dirawat sejak Minggu 4/6/2023 hingga Rabu 7/6.Asmah ternyata berasal dari Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Dia dilaporkan hilang sejak tiga hari sebelum Lebaran atau sudah sekitar dua bulan meninggalkan rumah."Mamak hilang sebelum Lebaran. Nggak biasa seperti ini. Dia tidak pikun, tidak juga hilang ingatan. Pamitan terakhir mau nengok cucu di Tangerang," kata anak Asmah, Ayi 50 kepada detikJateng, Rabu 7/6.Ayi menyebut Asmah tak pernah pergi sampai berhari-hari. Biasanya nenek itu pergi pagi dan pulang sore hari. Selain itu, ibunya selalu pamit ketika akan meninggalkan rumah ke Ayi, yang rumahnya masih dalam satu RT dengan ibunya."Mamak ini kalau pergi sendirian, tidak mau diantar. Emang sudah biasa. Tapi biasanya itu balik, berangkat pagi sore balik. Tidak pernah lama. Ini paling lama," pun sempat melaporkan kehilangan ibunya ke Ketua RT setempat. Dia pun lega setelah mendapat kabar ibunya ditemukan di Pekalongan. Dia pun menjemput ibunya di RSUD Kesesi, Rabu 7/6 malam."Dapat kabar dari Pak RT. Pak RT dapat informasi dari anggota polisi," itu, Asmah pun mengaku tak ingat perjalanannya selama 2 bulan pergi dari rumah. Dia mengaku tak sadar dan tiba-tiba sudah melihat gunung di wilayah hutan Pekalongan."Tidak tahu, tiba-tiba ada di gunung wilayah hutan Pekalongan," ujar Asmah menghilang dari Jakarta hingga ditemukan di kawasan hutan Pekalongan pun masih menjadi misteri. Asmah hanya mengaku kapok bepergian seorang diri."Saya nggak mau ke mana-mana dah, di rumah aja. Saya ogah jalan-jalan lagi," ujar Asmah dengan logat khas Betawi. Simak Video "Petani Bolivia Selamat Usai Sebulan Hilang di Hutan Saya Makan Serangga" [GambasVideo 20detik] ams/sip
Hutansabana adalah hutan yang banyak ditumbuhi kelompok semak belukar yang diselingi padang rumput dengan jenis tanaman berduri. Sabana ditemukan di Afrika, Australia, Amerika Selatan, sebagian India, dan sebagian kecil wilayah Indonesia, seperti di Nusa Tenggara Timur, Papua dan Jawa Timur.Selain itu, sabana juga ditemukan di Gunung Lawu, Jawa Tengah dan Gunung Prau, Jawa Tengah.
Pada 2019, ditemukan sejumlah fosil gajah [Elephas maximus] di Pulau Bangka. Penemuan ini memperkuat teori adanya jembatan daratan antara Pulau Bangka dengan Pulau Sumatera yang masih hidup gajah. Hilangnya gajah dan dan spesies megafauna lainnya, seperti harimau, badak, tapir, di Pulau Bangka, belum dapat diprediksi. Apakah karena perubahan iklim, diburu, atau bermigrasi ke Sumatera. Berdasarkan teori Sundaland, Pulau Bangka terhubung oleh savana yang luas sebagai koridor spesies megafauna lainnya. Pulau Bangka berada di tengah koridor savana yang membentang dari wilayah biogeografi Indochina ke Pulau Jawa. Selama masa Pleistosen tengah dan awal Pleistosen akhir, sejumlah spesies mengalami kepunahan, saat terjadi perubahan lingkungan [naiknya permukaan air laut]. Salah satu spesies yang terdesak bahkan hilang akibat perubahan tersebut adalah semua taksa hominini [primata] yang ada di Asia Tenggara. Pada 2019, ditemukan sejumlah fosil kerangka gajah di Desa Nibung, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Fosil tersebut terdiri dari gigi, tulang belakang, tulang lengan, dan sejumlah fragmen tulang lainnya. Penemuan ini sungguh mengejutkan, sebab selama ratusan tahun terakhir, tidak ditemukan gajah di Pulau Bangka, seperti di Pulau Sumatera. Apakah dulunya ada daratan penghubung Pulau Bangka dengan Pulau Sumatera? “Dari hasil penelitian kami, usia fosil diperkirakan – tahun lalu. Ini adalah Elephas maximus, subspesies gajah asia yang sama dengan gajah sumatera yang masih hidup hingga hari ini,” kata Julien Louys, dari Griffith University, Australia, dalam webinar Paleo Talk Institut Teknologi Bandung [ITB], tahun 2020 lalu. Dari fosil tersebut, diketahui bahwa spesimen dari Elephas maximus yang mereka temukan di Pulau Bangka, hidup pada masa Pleistosen akhir [penghujung zaman es] dengan kondisi lingkungan berupa hutan yang sangat lembab atau basah. “Artinya, Pulau Bangka dulunya adalah wet forest, kondisi yang sangat berbeda dengan hari ini. Di mana terdapat banyak aktivitas pertambangan timah yang memberikan dampak buruk bagi hutan di Pulau Bangka,” lanjutnya. Julien Louys menjelaskan, ketika berada di lokasi penelitian [Desa Nibung], mereka sempat kesulitan menemukan formasi sedimen yang diduga terdapat fosil. Hal ini dikarenakan, di sekitar lokasi sudah ditambang timah, sehingga merubah formasi sedimen secara signifikan. “Pada saat pencarian kami tidak menemukan fosil apa pun. Namun, kami berhasil mendapatkannya dari seorang warga yang berbaik hati memberikan fosil tersebut,” katanya. Saat ditelusuri, lokasi ditemukannya fosil sudah berubah menjadi kolong [lubang eks tambang]. “Kemungkinan besar ada banyak fosil yang terkubur di Pulau Bangka, akan tetapi akan lebih sulit mencarinya, karena formasi tanah yang sudah teraduk-aduk oleh aktivitas penambangan timah,” lanjutnya. Baca Di Masa Lalu, Apakah Pulau Bangka dan Sumatera Terhubung? Ilustrasi kehidupan di sekitar koridor savana Sundaland, dimana terdapat homo erectus, stegodon, badak, serta spesies penggembala seperti kerbau purba. Foto Screenshoot webinar Paleo Talk/Julien Louys Penyebab kepunahan gajah di Pulau Bangka Hingga saat ini, tidak ada satu pun spesies megafauna [gajah, harimau, tapir dsb.] yang tersisa di Pulau Bangka. Mengapa? Dijlelaskan Julien Louys, berdasarkan hasil penelitian terhadap fosil gigi gajah Elephas maximus di Pulau Bangka, menunjukan selama masa hidup gajah tersebut, terjadi kondisi alam terkait perubahan iklim setiap 15 tahun sekali. “Perkiraan kami, peristiwa tersebut bisa saja “siklus 11 tahun matahari” atau “El-Nino”, yang dampaknya cukup nyata bagi iklim dan vegetasi global,” katanya. Baca Tambang Timah yang “Melubangi” Jejak Rempah Nusantara di Pulau Bangka Spesimen fosil gajah yang ditemukan di Desa Nibung, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah. Foto Screenshoot webinar Paleo Talk/Julien Louys Mika Rizki Puspaningrum, peneliti Paleontologi dan Geologi Kuarter dari ITB [Institut Teknologi Bandung] mengatakan, penyebab kematian gajah di Pulau Bangka belum diketahui secara pasti. “Penemuan satu spesimen saja belum cukup untuk menentukan penyebab kematian gajah tersebut. Diperlukan temuan-temuan fosil lainnya atau sebuah site yang terdapat banyak sebaran fosil atau alat-alat perburuan dan sebagainya,” katanya, Rabu [13/10/2021]. Oleh karena itu, penyebab kematian gajah di Pulau Bangka, “Bisa karena perburuan atau perubahan iklim.” “Atau bisa juga karena daya dukung lingkungan yang kurang. Karena spesies megafauna seperti gajah, memerlukan wilayah jelajah luas, serta sumber makanan yang cukup,” lanjutnya. Apakah ada kemungkinan spesies-spesies tersebut melakukan migrasi atau berpindah ke pulau yang lebih besar seperti Sumatera, yang memiliki wilayah jelajah lebih luas? “Proses migrasi tersebut bisa saja terjadi, apabila terdapat sebuah jembatan darat yang menghubungkan kedua pulau tersebut. Sementara saat ini, Pulau Bangka sudah terisolasi dari pulau lainnya,” tegasnya. Baca Rempah dan Jejak Peradaban Bahari di Kepulauan Bangka Belitung Fosil gajah di Pulau Bangka adalah Elephas maximus, spesies yang sama dengan gajah di Sumatera. Foto Nopri Ismi/Mongabay Indonesia Teori koridor savana Pulau Bangka menjadi wilayah penelitian yang strategis dalam upaya mengetahui bagaimana kondisi lingkungan Paleo Sumatera selama periode Pleistosen. Hal ini dikarenakan, daratan Pulau Bangka berada di tengah koridor savana yang membentang dari wilayah biogeografi Indochina ke Pulau Jawa. Berdasarkan Jurnal Nature edisi 7 Oktober 2021, berjudul “Environmental drivers of megafauna and hominin extinction in Southeast Asia” oleh Julien Louys dan Patrick Roberts yang dipublikasikan tahun 2020, koridor savana ini mulai terbentuk pada Pleistosen awal di Sundaland, sementara di wilayah Indohcina masih berupa hutan kanopi campuran. Baca Kisah Pilu Dugong di Perairan Pulau Bangka Daratan Pulau Bangka yang didominasi penambangan timah. Para peneliti menduga ada sejumlah fosil yang tertimbun atau hilang akabiat aktivitas ini. Foto Nopri Ismi/Mongabay Indonesia Dikutip dari Wikipedia, yang mengutip sejumlah penelitian, Sundaland meliputi Paparan Sunda, sebuah perpanjangan landas kontinen Asia Tenggara yang stabil secara tektonik dan pernah ada selama periode glasial 2 juta tahun lalu. Wilayahnya, selain Semenanjung Malaya, Kalimantan, Jawa, dan Sumatera, juga Laut Jawa, Teluk Thailand, dan bagian-bagian Laut China Selatan. Luasnya sekitar kilometer persegi, setara ukuran Eropa. Koridor savana tersebut terbentuk pada Pleistosen tengah. Savana terbuka membentang di Indochina dan Sundaland. Walaupun savana di Indochina lebih banyak berhutan daripada savana Sundaland, namun beberapa hutan terbuka tetap ada. Berikutnya, hutan berkanopi tertutup muncul di Indochina selama Pleistosen akhir, sementara sebagian besar Sundaland mulai berganti dengan hutan berkanopi tertutup. “Pada masa Holosen, kedua wilayah tersebut yang awalnya terdapat koridor sabana, berubah menjadi wilayah yang didominasi oleh hutan berkanopi tertup,” tulis jurnal tersebut. Menurut Julian Loys, kehadiran koridor savana ini sangat penting. “Karena memungkinkan terjadinya perpindahan Homo Erectus serta spesies megafauna seperti Stegodon [gajah purba], badak, serta spesies kerbau purba, dari satu wilayah ke wilayah lainnya,” katanya. Baca Uniknya Gajah Borneo, Ukurannya Kerdil dan Hanya Ada di Kalimantan Foto udara Selat Bangka, yang sempat menyatu menjadi daratan Sundaland pada periode Pleistosen. Foto Nopri Ismi/Mongabay Indonesia Kepunahan dan adaptasi Dalam penelitian yang sama juga menjelaskan bagaimana sejumlah spesies mengalami kepunahan, saat terjadi perubahan lingkungan [naiknya permukaan air laut], dari yang awalnya berupa hutan, berubah menjadi savana, dan kembali menjadi hutan pada periode Pleistosen. Salah satu spesies yang terdesak bahkan hilang akibat perubahan tersebut adalah semua taksa hominini [primata] yang ada di Asia Tenggara, selama Pleistosen tengah dan awal Pleistosen akhir. “Hal ini dikarenakan hominini tidak dapat beradaptasi ke habitat hutan hujan tropis yang mendominasi Asia Tenggara saat itu, nasib hominini sama dengan hiena. Baik hiena atau hominini sangat bergantung pada habitat savana dan lingkungan hutan campuran,” tulis jurnal tersebut. Sementara itu, saat terjadi perluasan savana di wilayah Indochina utara pada Pleistosen tengah yang awalnya didominasi hutan, diperkirakan telah menyebabkan kepunahan spesies kera terbesar yang pernah ada, yakni Gigantopithecus blacki serta spesies panda purba Ailuropoda wulingshanensis. Namun, di balik kepunahan sejumlah spesies diatas, ada sejumlah spesies yang mampu bertahan dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan selama periode Pleistosen hingga saat ini. Seperti Homo Sapiens yang tiba pada wilayah tersebut [Sundaland-Indochina] sekitar 72-45 ribu tahun yang lalu. Selanjutnya, ada spesies hewan berkuku genap atau spesies penggembala seperti kerbau purba [Bubalus palaeokerabau dan Duboisia santengI], serta sejumlah spesies megafauna seperti badak, gajah, dan tapir. Baca juga Apakah Orang Pendek di Hutan Sumatera Ada? Peta subregional Indochina dan Sunda, serta koridor luas koridor savana. Peta CartoGIS CAP Australian National University 20-217 Tetapi, meskipun sejumlah spesies di atas mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan dari periode pleistosen hingga saat ini, spesies-spesies tersebut tergolong rentan. Ini dikarenakan hilangnya sumber makanan serta lingkungan savana yang sempat menopang kehidupan mereka, ditambah laju degradasi hutan akibat beragam aktivitas antropogenik hari ini. “Dari keragaman hominin yang dulunya tinggi di wilayah tersebut, hanya spesies kita [Homo Sapiens] yang cukup beradaptasi dengan kondisi yang berubah,” tulis jurnal tersebut. Saat ini, kembalinya ke kondisi padang rumput yang lebih terbuka [deforestasi] dengan perkembangan manusia, perkebunan, dan pertumbuhan populasi sebagai pendorong utamanya, menjadi ancaman terbesar bagi beberapa mamalia yang paling terancam punah di dunia, serta keberlanjutan jangka panjang populasi manusia di kawasan ini, dan di seluruh daerah tropis secara keseluruhan. “Kami ingin menunjukkan bahwa, sementara nasib spesies kita sendiri berubah menjadi lebih baik dengan kedatangan komunitas hutan hujan endemik yang khas, kita sekarang berada dalam bahaya, karena perlahan menghancurkan ekosistem ini untuk selamanya,” tulis jurnal tersebut. Artikel yang diterbitkan oleh
Persebaranhutan musim di Dunia yang selanjutnya berada di kawasan indochina. Kawasan ini meliputi daerah thailand, laos, vietnam, dan juga kamboja. Bisa dikatakan bahwa kawasan Southeastern Indochina dry evergreen forests merupakan sebuah kawana hutan musim yang cukup luas persebarannya. Bahkan bisa dikatakan persebaran hutan musik terluas dan Sabana adalah salah satu jenis hutan di Indonesia. Suatu padang rumput yang ditumbuhi semak atau perdu. Pertumbuhan semak ini diselingi dengan dengan beberapa jenis pohon yang menyebar. Jenis pohon yang tumbuh di padang sabana, seperti pohon palem dan akasia. Lalu, apa pengertian hutan sabana dan yang berkaitan dengan itu? Sebelum membahasnya lebih jauh, ada baiknya membaca Pengertian Hutan, Bagian, Jenis dan Fungsinya terlebih dahulu. Pengertian Hutan SabanaCiri-Ciri Hutan SabanaJenis Flora dan Fauna Padang Sabanaa. Flora Sabanab. Fauna SabanaSuhu Padang Rumput SabanaMusim Hutan SabanaManfaat Hutan SabanaWisata Hutan Sabana di Indonesia1. Sabana Kepulauan Komodo, Nusa Tenggara Timur2. Sabana Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur3. Sabana Tanjung Ringgit, Lombok, Nusa Tenggara Barat4. Sabana Sembalun, Gunung Rinjani5. Sabana Baluran, Jawa Timur6. Sabana Gunung Bromo, Jawa Timur7. Sabana Cidaon, Taman Nasional Ujung Kulon8. Sabana Gunung Merbabu, Taman Nasional Gunung Merbabu. Hutan sabana adalah kawasan hutan berupa padang rumput yang ditumbuhi oleh semak atau perdu yang diselingi sebaran beberapa jenis pohon, seperti pohon palem dan akasia. Biasanya padang sabana tumbuh di antara wilayah tropis dan subtropis, atau tumbuh di wilayah yang memiliki curah hujan yang rendah. Dilihat dari pengertiannya, hutan sabana juga dikenal dengan nama padang rumput tropis. Kawasan ini memiliki iklim yang tidak terlalu kering untuk disebut sebagai gurun pasir. Selain itu, wilayah sabana juga tidak cukup basah untuk disebut sebagai hutan murni. Terdapat bermacam tipe sabana, hal tersebut tergantung dari kondisi iklim tropis di wilayah tersebut. Salah satu hutan savana yang terkenal berada di wilayah Afrika Timur. Hutan sabana di wilayah Afrika Timur didominasi oleh pohon akasia. Salah satunya adalah Taman Nasional Serengeti, Tanzania, Afrika Timur. Taman Nasional Serengeti dihuni oleh berbagai macam satwa, seperti Gajah, Kerbau, Singa, Zebra dan Jerapah. Padang rumput sabana juga terdapat di beberapa negara lain, seperti di wilayah Amerika Selatan, Afrika dan Australia. Selain itu, Indonesia juga memiliki hutan sabana, tepatnya di wilayah Indonesia bagian timur. Ciri-Ciri Hutan Sabana Salah satu keunikan wilayah sabana adalah tumbuh berkembang di antara iklim tropis dan subtropis yang memiliki curah hujan yang cukup rendah, bahkan sangat rendah. Google Image Namun, hutan sabana memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan hutan lainnya, yaitu Hutan sabana hanya berada di wilayah iklim tropis atau wilayah yang dilewati garis khatulistiwa. Sabana tumbuh di wilayah tropis karena pada wilayah ini memiliki curah hujan yang rendah. Dapat dikatakan sabana adalah hutan yang tumbuh di wilayah yang panas daripada di wilayah yang lembap. Curah hujan musiman. Hutan savana dapat terbentuk di wilayah yang panas dengan curah hujan yang rendah atau curah hujan musiman. Kondisi ini berbeda dengan hutan lainnya, seperti hutan musim yang memiliki musim kemarau dan penghujan cederung seimbang. Jadi, jika di suatu wilayah negara memiliki curah hujan musiman, maka wilayah tersebut memiliki potensi adanya hutan sabana. Curah hujan tidak teratur. Hutan sabana yang berupa padang rumput luas dan berada di kawasan yang panas tidak membutuhkan curah hujan yang tinggi. Padang rumput sabana dapat terbentuk dengan sendirinya. Pertumbuhan padang rumput ini tidak membutuhkan terlalu banyak air, sehingga intensitas hujan yang cenderung sedikit dan tidak teratur. Curah hujan 100 mm hingga 150 mm per setahun. Padang sabana adalah hamparan padang rumput yang tumbuhi semak, umumnya diselingi pohon palem dan akasia. Semak dan pepohonan yang tumbuh tidak terlalu banyak membutuhkan air. Suhu udara cenderung panas sepanjang tahun. Salah satu ciri hutan sabana adalah memiliki suhu udara yang cenderung panas. Suhu panas ini terjadi sepanjang tahun. Namun, meskipun bersuhu udara panas, hutan sabana tetap memiliki potensi hujan dengan intensitas 100 mm hingga 150 mm per tahun. Berpotensi berubah menjadi hutan basah atau semak belukar. Hutan sabana dapat berubah menjadi hutan basah atau bahkan semak belukar jika curah hujan yang turun di wilayah tinggi sekali atau rendah sekali. Jika curah hujan berubah menjadi sangat rendah, maka kemungkinan akan berubah menjadi semak belukar. Namun, jika curah hujan berubah menjadi sangat tinggi, maka kemungkinan akan berubah menjadi hutan basah. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan dan kelestarian padang sabana tergantung dari curah hujan dalam intensitas tertentu. Hutan sabana memiliki resapan air porositas dan pengairan drainase yang baik. Salah satu ciri yang berbeda dengan jenis hutan lainnya adalah memiliki daya serap air porositas dan pengairan drainase yang baik. Sehingga, tanah pada daerah sabana memiliki kecenderungan tidak becek. Habitat hidup hewan, baik hewan karnivora maupun herbivora. Sama seperti hutan lainnya, padang rumput sabana juga menjadi habitat hewan-hewan hutan. Beberapa hewan yang tinggal di hutan sabana, yaitu macan tutul, zebra, gajah, jerapah, singa dan jenis hewan lainnya yang dapat tumbuh di padang rumput. Jenis Flora dan Fauna Padang Sabana Sabana merupakan bentuk hutan yang serupa dengan padang rumput. Oleh karenanya, hutan sabana memiliki jenis flora dan fauna yang khas atau berbeda dengan hutan lainnya. Pexels a. Flora Sabana Flora atau tumbuhan yang ada di bumi beraneka ragam jenisnya. Namun, tidak semua flora atau tumbuhan ini dapat hidup di semua wilayah. Begitu pula dengan jenis flora atau tumbuhan di hutan sabana yang berbeda dengan hutan lainnya. Jenis pohon yang tumbuh di padang rumpu sabana, yaitu pohon akasia dan pohon palem. Meskipun begitu, pohon ini tidak tumbuh rapat, melainkan tumbuh menyebar secara jarang, berselang-seling dan tidak beraturan. Sebagian besar wilayah sabana hanya ditumbuhi rerumputan. Hal tersebut disebabkan oleh curah hujan hutan sabana yang sedikit. Kondisi ini menyebabkan rumput sebagai satu-satunya jenis tumbuhan yang mudah beradaptasi. Sebab, rumput tidak membutuhkan curah hujan yang banyak. b. Fauna Sabana Fauna adalah binatang atau satwa yang menempati suatu wilayah, seperti hutan atau habitat tertentu. Fauna yang mampu hidup di hutan sabana merupakan fauna yang memiliki ciri khas tertentu. Biasanya fauna tersebut memiliki daya tahan untuk hidup di padang rumput yang kering. Contoh hewan yang mampu hidup di daerah kering, yaitu wildebeest, badak, anjing liar, burung unta, macan tutul, singa, lemur, impala, kuda nil, hyena, jerapah, rusa, gajah afrika, buaya, citah, zebra, unta, bison, rubah, antelop, babun dan gasele. Suhu Padang Rumput Sabana Suhu rata-rata padang sabana tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Suhunya cenderung hangat dan seimbang. Akan tetapi, kondisi dapat berubah menjadi lebih dingin ketika musim hujan tiba, atau semakin panas ketika kemarau. Pixabay Musim Hutan Sabana Hutan sabana memiliki dua musim yang bertolak belakang, yaitu musim kemarau musim kering dan musim hujan musim basah. Saat musim kemarau tiba, curah hujan yang turun hanya sedikit, bahkan tidak mencapai 4 inch. Sedangkan saat musim hujan, curah hujan yang turun dapat mencapai 25 inch. Manfaat Hutan Sabana Hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan, begitu pula manfaat hutan sabana. Manfaat yang dapat diperoleh dari adanya hutan ini adalah Habitat berbagai jenis flora dan fauna yang harus dilestarikan. Mencegah terjadinya bencana alam, seperti erosi tanah dan tanah longsor. Sebagai tempat untuk menyimpan cadangan air tanah. Sumber makanan bagi berbagai hewan. Menjaga keseimbangan alam. Cocok dijadikan kawasan peternakan, sehingga meningkatkan perekonomian penduduk di sekitar wilayah hutan sabana. Kondisi alam di padang sabana memberikan nilai keindahan, sehingga cocok untuk dijadikan spot fotografi bagi wisatawan. Menjadi tujuan wisata dan penelitian. Salah satu dari manfaat hutan savana diatas adalah memberikan nilai keindahan. Hal ini dapat menjadi potansi wisata asing maupun domestik yang ingin menikmati keindahan hutan sabana. Di Indonesia, ada beberapa hutan sabana yang tidak pernah sepi pengunjung karena keindahannya. Simak beberapa wisata padang rumput sabana berikut ini. Wisata Hutan Sabana di Indonesia Di Indonesia, hutan sabana tersebar di wilayah Indonesia bagian timur. Sabana yang tumbuh di wilayah Indonesia bagian timur memiliki potensi sebagai tempat wisata, sekaligus sebagai spot untuk berpetualan. Berikut ini adalah wisata-wisata sabana yang dapat kita kunjungi 1. Sabana Kepulauan Komodo, Nusa Tenggara Timur Pulau Komodo yang terletak di Nusa Tenggara Timur merupakan lokasi wisata yang telah mendunia. Sesuai dengan namanya, pulai ini terkenal karena fauna uniknya, yaitu komodo yang menjadi ciri khas fauna dari Nusa Tenggara Timur. Commons Wikipedia Namun ternyata selain itu, pulau ini juga memiliki ciri khas lain yaitu hutan sabana yang begitu indah. Sabana di Kepulauan Komodo, NTT ini didominasi oleh tumbuhan liar, seperti tumbuhan ilalang dan lontar. Padang ilalang tumbuh subur dan luas di Kepulauan Komodo. 2. Sabana Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur memang dikenal sebagai wilayah yang kaya akan hutan sabana. Salah satu padang sabana yang terkenal adalah Sabana Sumba Timur. Commons Wikipedia Sabana Sumba Timur merupakan wilayah padang rumput sabana terluar di wilayah Indonesia bagian timur. Lingkungan sabana di sumba timur juga digunakan sebagai lahan peternakan oleh penduduk sekitar. Sehingga, banyak sekali hewan ternak yang berkeliaran bebas, seperti kerbau, sapi dan kuda sumbawa, serta hewan liar lainnya. 3. Sabana Tanjung Ringgit, Lombok, Nusa Tenggara Barat Sabana Tanjung Ringgit, Lombok, NTB merupakan salah satu hutan sabana di Indonesia. Sabana ditempat ini dapat dijadikan sebagai tempat wisata, berupa perpaduan keindahan hamparan rumput yang luas dan pantai. PexelsSelain itu, di Sabana Tanjung Ringgit juga terdapat tebing pantai yang curam. Perpaduan ketiga spot alam tersebut menambah indahnya Sabana Tanjung Ringgit, Lombok. 4. Sabana Sembalun, Gunung Rinjani Mungkin diantara kita masih belum mengetahui daerah Sembalun. Sembalun merupakan jalur pendakian menuju Gunung Rinjani. Pada jalur pendakian ini, terdapat sabana yang membentang kurang lebih 6 km, tepatnya di sisi timur jalur pendakian. Sembalun membentang dari basecamp Sembalun sampai dengan Pos 3 pendakian Gunung Rinjani, pada ketinggian mdpl. Keindahan alam di Sabana Sembalun tidak perlu diragukan lagi, apalagi saat kondisi cuaca cerah, pemandangan yang disajikan sangat indah dan menawan. 5. Sabana Baluran, Jawa Timur Bagi yang suka hobi berpetualang, hutan Baluran dapat dijadikan salah satu tujuan. Baluran merupakan kawasan taman nasional yang terletak di Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Taman Wisata Baluran cukup terkenal, baik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Commons WikipediaDi Taman Wisata Baluran, ditumbuhi beberapa macam tumbuhan, seperti bakau, padang rumput dan beberapa jenis tumbuhan lainnya. Di wilayah sabana, dihuni beberapa hewan liar, seperti kijang, macan tutul, dan banteng liar yang hidup bebas. 6. Sabana Gunung Bromo, Jawa Timur Keindahan Gunung Bromo yang ada di Jawa Timur tidak perlu diragukan lagi. Namun, dibalik keindahannya tersebut, terdapat pula padang sabana yang tidak kalah indahnya. Sabana Gunung Bromo ini terletak di sebelah selatan Gunung Bromo. PixabayJika dilihat secara saksama, Sabana Gunung Bromo berbentuk bukit-bukit hijau yang mirip dengan bukit Teletubbies dalam film anak-anak. Sabana Gunung Bromo ini bernama Lembah Jemplang 7. Sabana Cidaon, Taman Nasional Ujung Kulon Taman Nasional Ujung Kulon merupakan taman nasional yang dihuni oleh hewan endemik, Badak Bercula Satu. Sabana yang ada di Taman Nasional Ujung Kulon berada di depan dermaga Pulau Peucang. tersebut dikenal dengan nama Sabana Cidaon. Sabana Cidaon memiliki pemandangan yang mempesona, karena sabana ini masih belum terjamah oleh manusia. Selain itu, di Sabana Cidaon wisatawan dapat menemukan banteng liar atau bahkan Badak Bercula Satu yang sedang mencari rumput. 8. Sabana Gunung Merbabu, Taman Nasional Gunung Merbabu. Taman Nasional Gunung Merbabu memiliki pemandangan alam yang sangat indah. Di taman nasional ini terdapat beberapa macam flora dan fauna, serta memiliki padang rumput sabana yang indah. Sabana Gunung Merbabu tidak cukup luas, namun keindahannya dapat memikat hati yang melihatnya. Di Sabana Gunung Merbabu terdapat lembah dan punggungan yang dapat ditemui setelah menuruni puncak utama Gunung Merbabu. Sabana tersebut dapat dijumpai di jalur pendakian Gunung Merbabu. Sabana ini juga dikenal dengan nama Sabana Selo, karena terletak sebelum menuju puncak utama, jika pendakian dimulai dari Dusun Genting, Desa Tarubatang, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Suhudan Musim di Hutan Sabana. Meskipun telah disebut- sebut sebelumnya, namun tidak ada salahnya apabila jita membahas lagi mengenai suhu dan juga musim yang dimiliki oleh hutan sabana ini (baca: pembagian musim di Indonesia). Mengenai suhu dan juga musim yang ada di hutan sabana ini akan dijelaskan sebagai berikut: Suhu; Suhu udara yang ada
Wilayah Thailand sebagian besar didominasi oleh hutan tropis yang lebat, pegunungan, rawa dan sungai. Oleh karena itu, Thailand memiliki banyak sekali hewan endemik yang unik sekaligus langka yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para peneliti khususnya di bidang ilmu zoologi. Memang sih, kebanyakan hewan tersebut tersebar di beberapa daerah Taman Nasional agar lebih terlindungi bentuk penampilannya yang menarik serta mempunyai kebiasaan hidup yang unik di alam liar. Inilah lima spesies hewan endemik yang dapat ditemukan di wilayah Thailand yang dilansir dari laman Southeastasiabackpacker dan wildlifetrip, sebagai berikut1. Gajah memang dijuluki dengan sebutan negeri gajah dikarenakan banyaknya spesies gajah yang hidup di alam liar di negara tersebut. Salah satu spesies gajah paling terkenal di Thailand adalah gajah Asia dengan ukuran tubuhnya yang sangat besar. Dilansir dari laman Southeastasiabackpacker, seekor gajah Asia rata-rata mempunyai bobot tubuh seberat 4 ton dan yang terbesar bisa memiliki tinggi 3,5 meter dan panjang hingga 8 banyak berkeliaran di sekitar padang rumput dan hutan di Thailand untuk mencari makanan. Hewan ini dapat memakan rumput hingga 150 kilogram dalam satu hari. Gajah Asia dapat dengan mudah kamu temukan di Taman Nasional Khao Yai. Saat ini diperkirakan hanya tersisa sebanyak ekor gajah yang hidup di alam Giant black black squirrel merupakan spesies tupai yang memiliki ukuran tubuh besar dengan berat mencapai 1,5 kilogram serta panjang 1 meter. Sesuai namanya, bulu dari tupai ini didominasi warna hitam serta warna coklat pada bagian dadanya. Mereka dikenal memiliki ekor yang sangat panjang dengan intesitas bulu lebat. Untuk bertahan hidup, giant black squirrel memakan berbagai jenis buah-buahan dan alam liar, hewan ini sering terlihat menyelinap dan bersembunyi di antara dedaunan pohon. Namun, sayangnya dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir lebih dari 30 persen populasi giant black squirrel hilang akibat perusakan Harimau ini, populasi dari harimau Indocina di wilayah Thailand sangatlah memprihatinkan. Diperkirakan hanya tersisa sebanyak 200 hingga 250 ekor yang hidup di alam liar sehingga membuat mereka masuk dalam daftar hewan terancam punah. Harimau Indocina memiliki panjang tubuh hingga 3 meter serta bobot mencapai 200 kilogram. Sedangkan untuk membedakan jenis kelamin, harimau Indocina betina memiliki ukuran tubuh 25 persen lebih kecil ketimbang jantan. Salah satu faktor mengapa populasi dari hewan ini terus berkurang disebabkan perburuan liar karena seekor harimau Indocina bisa dihargai 50 ribu dolar AS atau setara Rp700 juta untuk diambil organ tubuhnya. Baca Juga 7 Fakta Tentang Wombat, Hewan Endemik Menggemaskan Asal Australia 4. Buaya siamese hanya dapat ditemukan di beberapa negara di Asia Tenggara termasuk Thailand dan Kamboja. Dilansir dari laman Wildlifetrip, spesies buaya ini sangat sulit dijumpai di alam liar dikarenakan populasinya yang tinggal sedikit. Namun, jika kamu ingin melihat buaya Siamese secara langsung, kamu bisa mengunjungi Taman Nasional Pang Sida dimana mereka dilepaskan di dalam sungai yang ada di wilayah tersebut. Selain itu, buaya Siamese juga banyak hidup di penangkaran Samut Prakarn bersama beberapa spesies buaya Crab-eating masyarakat Thailand, crab-eating macaque termasuk salah satu hewan suci yang sangat dihormati. Hewan ini dinamai crab-eating macaque dikarenakan kebiasaannya yang suka memakan kepiting sebagai makanan utamanya. Monyet ini memiliki kemampuan berenang yang handal karena setiap hari harus berjuang mencari kepiting dan hewan laut lainnya di laut. Crab-eating macaque dapat dijumpai di hampir seluruh wilayah di Thailand yang hidup berdampingan bersama itulah beberapa hewan endemik unik yang dapat kamu jumpai di wilayah Thailand. Namun, sebagian besar populasi dari hewan tersebut di habitat aslinya semakin langka keberadaannya. Baca Juga Ini 5 Hewan Endemik yang Berhabitat di Wilayah Italia, Terisolir! IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
x0056f.
  • qrnw79x0hi.pages.dev/169
  • qrnw79x0hi.pages.dev/37
  • qrnw79x0hi.pages.dev/415
  • qrnw79x0hi.pages.dev/230
  • qrnw79x0hi.pages.dev/543
  • qrnw79x0hi.pages.dev/60
  • qrnw79x0hi.pages.dev/259
  • qrnw79x0hi.pages.dev/525
  • hutan sabana di wilayah thailand ditemukan di daerah